Dua tahun lagi usia saya sampai di angka 50 tahun, dan itu tidak muda lagi. Dalam kurun waktu 48 tahun ini saya bertemu dengan banyak sesama manusia, komplit dengan ayah serta ibu mereka. Dilihat dari kemiripan wajah terhadap orang tuanya itu, maka bisa dibagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu :
- Kelompok pertama adalah yang benar-benar mirip ayahnya dan tidak mirip ibunya. Jadi jika suatu saat ia berjalan bersama sang ibu, maka gambaran anak-ibu tidak nampak.
- Kelompok kedua adalah yang benar-benar mirip ibunya dan tidak mirip ayahnya. Jadi jika suatu saat ia berjalan bersama sang ayah, maka gambaran anak-ayah tidak nampak.
- Kelompok ketiga adalah campuran rupa ayah dan rupa ibu. Bisa dalam komposisi 50 - 50, lebih dominan ke rupa ayah, atau lebih dominan ke rupa ibu. Dalam hal komposisinya 50 - 50, maka terjadilah ia tidak mirip ayah sekaligus tidak mirip ibu. Si anak seakan-akan memiliki rupa yang sama-sekali lepas dari kemiripan terhadap kedua orang tuanya.
Dibanding menganalisa apakah Ario Kiswinar memiliki kemiripan wajah atau tidak dengan Mario Teguh, maka lebih baik saya memberikan beberapa pandangan netral bagi semua pihak yang berada di lingkaran permasalahan.
Pak Mario Teguh, di Indonesia ini anda adalah seseorang, anda adalah someone. Pasti tidak semua orang Indonesia menggemari acara MTGS, tapi kepopuleran nama bapak tidaklah terbantahkan. Dan itu tentu anda raih dengan susah payah, tidak semudah membalik telapak tangan.
Sedemikian banyak perkataan anda yang berkualitas dan memiliki daya motivasi bagi pendengarnya, dan ini sudah cukup untuk menjadi batu uji bagi pribadi bapak sendiri. Demikianlah, seseorang akan selalu diuji oleh apa yang dituliskan atau diucapkannya. Maka pastilah setiap perkataan bapak adalah juga alat uji bagi diri anda sendiri.
Saya adalah pihak yang berada jauh di luar garis masalah, dan tentu saja seujung kukupun tidak merasakan apa yang kini bapak rasakan. Tetapi hal itu tidak menghalangi saya untuk berusaha berempati terhadap siapapun yang berada di lingkaran permasalahan yang sedang anda hadapi.
Ketika bapak mengajak Ario Kiswinar melakukan test DNA, saya termasuk bagian dari publik yang mengangguk setuju. Meskipun tentu saja untuk melakukan test DNA, anda tidak memerlukan ijin atau persetujuan dari saya. Anggukan saya lebih tepat jika dinilai sebagai tanda mengiyakan terhadap sesuatu yang logis.
Ketika bapak mencabut ajakan itu, mungkin karena saran dari kuasa hukum anda, saya agak kaget dan bertanya dalam hati : Mengapa, ada apa dengan Mario Teguh?
Pihak kuasa hukum anda saya nilai rasional, karena andaipun dilakukan tes DNA maka pro dan kontra tetap berpotensi hadir mengiringi. Tetapi walau bagaimana, pro-kontra paska tes DNA tetaplah akan jauh lebih bermakna dan memiliki kepastian dibanding sebelum tes DNA.
Dari pihak manapun datangnya keinginan melakukan tes DNA tersebut, apakah dari bapak, atau dari Ario Kiswinar, atau bahkan dari pihak penyidik kepolisian sekalipun bila proses hukum berlanjut, maka itu tetaplah merupakan salah-satu langkah yang solutif. Setidak-tidaknya ada satu poin yang telah bisa didudukkan pada tempatnya sesuai dengan kaidah hukum.
Saya yakin, dan saya mendoákan agar bapak lulus ujian. Sebagaimana juga bapak telah lulus pada termin-termin ujian hidup sebelumnya.
Nampaknya masih ada waktu, pak. Dan Insya Allah semuanya akan baik-baik saja setelah ujian ini dilalui.