Kalamitra sahabat sang waktu, membahas aneka topik dan info. Dirancang menggunakan teknologi AMP atau Accelerated Mobile Pages untuk platform Blogger.

Mereka yang Reaktif karena Merasa Dijustifikasi

Justifikasi dapat diartikan sebagai penghakiman, penghukuman, penuduhan, penudingan, dan sejenisnya. Kali ini mari kita mengulas tentang mereka yang reaktif karena merasa dijustifikasi.


Seorang gadis mengikat janji dengan beberapa rekannya sesama wanita di sebuah cafe elit Jakarta. Singkat kata terjadilah tragedi pada salah-seorang temannya itu. Sang teman meregang nyawa setelah meminum kopi yang telah dipesan diawal. Secepat kilat berita menyebar, korban disinyalir tewas karena diracun.

Keluarga korban tentu saja mengalami duka mendalam. Di antara kedukaannya, dalam suasana yang haru biru, mereka tentu ingin tahu mengenai informasi awal, mengapa korban tewas. Maka mulailah mereka menanyai teman-teman korban yang datang.

Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan normal-normal saja, hanya bernada ingin tahu, bukan justifikasi. Tapi reaksi dari yang ditanyai ternyata bisa berbeda-beda.

Ada yang tidak merasa dijustifikasi sehingga menjawab lancar apa adanya, namun ada pula yang sebaliknya. Si gadis pengikat janji justru yang merasa dijustifikasi, oleh pertanyaan yang sebenarnya normal, sehingga dia reaktif dan emosional. Serta merta pamit dengan sikap yang jauh dari santun.

Kemudian ada kisah yang lain. Tentang seorang ibu yang dikenal sebagai intelektualis level tinggi.

Entah bagaimana awalnya ketika beliau bergabung dengan sebuah padepokan. Kemudian setelah beberapa tahun, padepokan tersebut terindikasi sesat. Terindikasi artinya belum divonis secara resmi.

Sejumlah media televisi ramai menggelar talkshow, dengan menghadirkan sejumlah pakar. Mulai dari pakar agama, pakar sosial, pakar spiritual, hingga para korban.

Para pakar selanjutnya mengutarakan pandangan demi pandangannya berdasarkan disiplin ilmu atau kompetensi yang mereka kuasai. Apa-apa yang disampaikan oleh para pakar itu normal-normal saja sebenarnya. Tidak ada justifikasi ataupun vonis.

Apa yang mereka sampaikan tidaklah lebih dari sekedar mengupas. Mereka tidak lebih dari sekedar memotret suatu kondisi. Tapi reaksi dari sang ibu tadi bisa tergolong luar biasa. Beliau merasa ada justifikasi, entah terhadap dirinya, terhadap padepokan, atau terhadap pimpinan padepokan.

Akhirnya hanya ada satu kalimat yang bisa disampaikan : Jika bersih mengapa harus risih?

Kategori

Arsip